Kamis, 07 Mei 2015

Ayah

Bulan Rajab, di bumi yogya
Beberapa bulan setelah engkau berpulang
Rasanya hati ini belum sepenuhnya lapang
Ayah, ku tahu bahwa ku tak mampu menghalangimu tuk kembali
Ketika Sang Kekasih memanggilmu, merindumu

Ayah, ketika aku mulai melankolis
Pipi ini penuh dialiri parit-parit air nan bergaris
Tak pernah mampu ku bendung mereka
Tetapi ku juga tak kuasa membagi ini pada ibu juga adik di rumah
Tergopoh-gopoh ku tinggal kan layaknya remah-remah

Ayah, setiap kali ku jumpai sesuatu kejadian
Membuat kenangan antara engkau dan aku menyembul dari ingatan
Potongan-potongan dari episode sepanjang hidupmu bersama anakmu ini
Haru ketika ku ingat engkau berjuang untuk menafkahi keluargamu
Bahagia ketika ku ingat ketika kau siapkan setelan jasmu untuk menghadiri wisudaku
Bangga ketika ku ingat kau adalah ayahku, pahlawanku
Sedih ketika ku ingat engkau yang sabar melawan sakitmu
Berusaha tegar agar anak dan istrimu tak terlalu mengkhawatirkanmu

Ayah, ku rindu
Ketika kau duduk menungguku pulang di serambi rumah
Ketika kita berbagi pikiran ditemani suara jangkrik juga sinar bulan
Ketika kau beri wejangan pada anakmu ini
Ketika kau marah karena kau sayang padaku
Ketika kau menemani langkah kakiku menjemput asaku
Ketika kau mengantarku ke tempat ku belajar

Ayah, kini tanpamu
Aku, si Sulung ini
Berusaha menjadi tulang punggung untuk keluarga kecil kita
Menjadi perajut asa bagi adik yang mulai menjadi kepompong,
Adik yang sedang berjuang menumbuhkan sayapnya yang indah
Menjadi tempat ibu untuk berkeluh kesah

Ayah, anakmu kini setiap hari
Ditarikan nafas pagi hari,
Ibu juga adiklah penyemangatku
Menggantikan posisimu, memang tak mudah untukku
Tetapi aku berusaha menjadi yang terbaik
Seperti nama yang kalian sematkan, ibu juga ayah

Nurhayatih, 
Nur yang berarti Cahaya,
Hayatih yang berarti kehidupannya
Harapan kalian padaku, menjadi cahaya kehidupannya
Cahaya kehidupan bagi keluarga kecil ini

Ayah, ku selalu berdoa
Kita dibuatkan rumah di syurga oleh Allah
Engkau, Ibu, Aku, juga Adik
Akan dipertemukan di JannahNya
Aamiin

Anak mu yang mulai beranjak dewasa
Di bumi Jogja, Tempat kau tumbuh dewasa

Senin, 09 Juni 2014

Curcol

Sejak Sekolah Dasar kita telah dikenalkan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak pernah hidup sendirian. Bahkan Tarzan yang dibesarkan di hutan hidup dibantu oleh komunitas kera. Demikian besarnya pengaruh orang lain terhadap kehidupan kita, sampai-sampai orang lain itu bisa mempengaruhi pola pikir kita. Tak heran apabila kita berkawan dengan penjual minyak wangi maka kita juga akan kecipratan wanginya,, sedangkan kalau kita berteman dengan seorang pande besi ya kita kena bau asapnya.
Hanya saja untuk bergaul juga ada ilmunya. Karakter masing-masing individu juga berpengaruh terhadap lingkaran sosialnya. Begitu pun dengan anda maupun dengan saya. Tiap orang itu unik dan tiap orang punya penanganan sendiri. Memahami orang lain. Hanya saja memahami orang lain belum lah cukup. Perlu sikap yang mesti ditunjukkan untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Ini pun ada ilmunya. Dan saya belum sampai ke tahap itu.
Sulit bagi saya untuk mengungkapkannya. Bahkan dulu sempat depresi juga untuk menerimanya. Entahlah. Saya tahu itu kelemahan saya dan kelemahan harusnya bisa diminimalisir. Akan tetapi titik mulainya itu yang saya tidak paham dan ini membuat frustasi. Sampai akhirnya saya mulai masuk ke dunia kerja yang dituntut untuk bisa bekerja sama dengan orang lain. Ini tidak mudah. Bahkan saya harus mencari polanya. Dan hingga sekarang aku masih terus mencari.

Sabtu, 05 April 2014

Wanita Nomor Satu

Ibu,, itulah panggilannya. Ibu yang sering ku panggil Mamak ialah wanita nomor satu ku. 
Dahulu bagiku mamakku "just" Mamak yang melahirkanku. Mamak yang "memang bertugas sebagai Mamak" untuk anak-anaknya. Pandanganku ini karena aku menganggap Mamakku tidak pernah memberikan kasih sayangnya padaku. Mamakku membedakan aku dengan adikku. Mamakku meninggalkan aku di Jogja dengan Simbok yang sudah tua. Hal ini dilakukan kedua orang tuaku mengingat Simbok yang sudah tua namun tidak ada yang menjaga sedangkan Bapak di Bekasi tak dapat hidup seorang diri sebab stroke ringan mendera tubuhnya yang mulai tua.

Sampai dewasa jika aku mengingat hal itu membuatku menjadi sesak sendiri. Pernah suatu ketika aku menuntut kepada Bapak Mamak dan aku "memberontak" sejadi-jadinya. Ku utarakan semua beban yang ku tanggung itu dengan setengah berteriak. Sampai akhirnya Mamakku terisak dan Bapak yang hanya bisa menatap nanar dengan mata berkaca. Di ruang itu kami hanya terdiam. Hanya suara sesenggukan Mamak dan aku yang menggema di gubuk kecil kami. Sampai akhirnya Bapak angkat suara dan menenangkanku. Aku yang egois pun meninggalkan mereka di tengah kekagetan mereka.

Setelah ku ungkapkan isi hati yang bagai bom waktu di hati itu rasanya plong. Bapak dan Mamak tidak pernah marah. Setelah kejadian itu kami menjadi mengerti. Meskipun ku tahu Bapak dan Mamak pasti sedih. Peristiwa itu membuat kami menjadi banyak belajar. Aku tahu apa yang dikerjakan orang tuaku ketika itu. Mereka berusaha melakukan yang terbaik untukku. Di rumah petak nun jauh di sana mereka berjuang meraup rejeki yang berserak di Bumi Allah. Ku kuatkan ingatanku ketika aku kecil dulu. Dan ku tahu apa yang ku perbuat (berteriak) pada Mamak dan Bapakku telah keliru. Namun aku tidak pernah menyesal karena setelah itu semua berjalan dengan baik-baik saja. Mamak dan Bapak tau apa yang ku mau sedangkan aku tahu betapa besar cinta mereka untukku.

Singkat cerita kini aku makin cinta pada Mamak dan Bapakku. Dan kecintaanku pada Mamakku kini menjadikan Mamak sebagai wanita nomor satu di hatiku. Aku yang kini mulai banyak bercerita pada Mamak dan Mamak yang mengajari kehidupan padaku. Tidak bukan mulai mengajari hanya meneruskan pendidikan part 2-nya kepadaku. Mengajarkan perjuangannya menjadi seorang ibu kepadaku. Meski aku belum menjadi seorang ibu tentu saja. Aku menikmati romansa kepingan episode kehidupanku ketika ku menjajaki fase dewasa ini.

Belajar dari sejarah Mamak melahirkanku. Belajar mengerjakan pekerjaan ibu rumah tangga. Baru tiga hari rasanya saja sudah tidak kuat. Sedangkan Mamak sudah melakukan urusan ini sejak 23 tahun silam. Masya Allah. Maka aku hanya bisa memeluk engkau dari belakang Mak, Wanita Nomor Satuku.

Jumat, 04 April 2014

Tema Skripsi

Tulisan kali ini dimulai dengan senyuman. J. Sudah terlihat ikhlas dan menyenangkan belum?? hehehe. 

Setelah sekian lama tidak menulis terasa menyenangkan ketika kita memulainya kembali. #lebay hahaha. Tetapi ini sungguhan adanya. Dimulai dengan kalimat yang sok baku di awalnya. :p. Jarang kan aku menulis dengan kata baku hehehe.

Ini sebuah curahan hati seorang cucu adam yang entah penting atau tidak bagi orang lain tetapi ia tetap menikmatinya. Seorang mahasiswa semester akhir yang berkutat dengan skripsi yang menguras hati, jiwa, perasaan, uang, pikiran, tenaga dan persahabatan. 

Sudah dua bulan, semester delapan menjajaki hari-hari mahasiswa semester akhir seperti aku dan teman-temanku. Kami dibenturkan dengan idealisme dan juga realita yang ada di depan mata kami. Terlebih dengan skripsi. Banyak di antara kami mengharapkan skripsi atau tugas akhir dibuat memang betul-betul dibutuhkan, sesuai keinginan dan cita-cita kami. Kami beranggapan bahwa membuat produk itu ya dengan kecintaan yang dibalut dengan seseuatu yang sempurna menurut parameter kami. Itulah yang dirasakan keempat mahasiswi tingkat akhir (aku dan ketiga temanku.red).

Singkat cerita dengan jalan yang berliku, lewati gunung, lembah, gurun pasir untuk dapat kitab kuning (apaan sih).. kami tiba di sebuah cerita bahwa dari kami berempat hanya satu temanku yang akhirnya telah menemukan judul skripsinya. Sedangkan kami bertiga masih mencari....mencari...dan terus mencari...
Selesai... dan to be continued... 

Lalu temanku tanya,, "Udah gitu doang???"
Kujawab,, "ia". 
Temanku =.="


Tulisan Ge-Je di Sore ini

Kamis, 21 Juni 2012

bahasa : penting dalam pembelajaran

          belajar merupakan sebuah proses yang akan terus berlangsung selama kita mau. belajar bisa dalam konteks apapun. dan kali ini aku cukup tertarik dari buku totochan serta beberapa film pendidikan dan aku belajar darinya seperti taree zamen paar dan helen keller. dari beberapa hal yang ku pelajari aku menyimpulkan bahwa ketika setiap kita belajar, kita membutuhkan sebuah bahasa. bahasa yang mana setiap orang memahami bahasa itu dengan sudut pandang berbeda. sulit memang ketika kita harus menyesuaikan bahasa  setiap orang dalam belajar. tetapi di sanalah seninya. 
          banyak orang beranggapan bahwa ketika seorang guru mentransfer ilmunya kepada murid-muridnya dengan bahasa yang tidak dipahami oleh murid tersebut, maka murid itu dicap bodoh. bisa jadi sang murid tidak sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh gurunya. bahkan saat Helen Keller buta dan tidak mampu berbicara (asumsikan bahwa ia orang yang tidak tau apapun yang disentuhnya) pada akhirnya bisa menjadi orang yang dapat melihat dunia dengan caranya karena mendapat sentuhan pengajaran dari gurunya.
            begitu pun dengan Totochan. ia belajar dengan caranya. rasa ingin tahunya memaksanya untuk doing something. orang-orang di sekelilingnya menganggap ia nakal karena mereka tidaklah paham dengan apa yang dilakukan Totochan. tetapi orang tua dan kepala sekolah Tomoe Gakkoen memiliki cara (baca bahasa) untuk memahaminya. 
       jadi bahasa baik lisan, tulisan, bahasa tubuh merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengajaran. sesungguhnya tidak hanya belajar tetapi bergaul pun kita memiliki bahasa. karena bahasa kita memiliki banyak cerita, cinta, persahabatan dan lainnya. hehhehe
::::: konklusi yang agaknya kurang nyambung. but it's okay hhehehe

Rabu, 13 Juni 2012

Jumat yang sensasional hhahaha


Hari Jum’at yang cukup istimewa menurutku. Hari ini full dengan rutinitas yang sangat melegakan tenggorokan yang seakan terhimpit dan sulit bernafas. Beberapa kejadian yang sangat diluar dugaan dan juga beberapa hal merupakan perbaikan dari beberapa kesalahan sebelumnya.
                Jujur saja beberapa waktu lalu aku sempat dirundung sebuah penyakit hati yang populer akhir-akhir ini. Galau. Ya, penyakit  yang cukup membutakan hati dan pikiran yang berdampak kepada psikis dan menggiring pada perilaku malas. Hah. Tetapi itu cerita lama. Cerita minggu lalu, sedangkan ini cerita minggu ini. Aku pun berkata pada mikroba virus galau, “good bye. Dan aku akan memperkuat pasukan antibodiku untuk menghadang kalian.. hhahahaha” begitulah kira-kira yang bisa ku gambarkan dalam setiap seringai yang tersungging di bibirku. Ohoho sok puitis dan melankolis.
                Baiklah akan ku ceritakan sekelumit episode hari ini k arena akan panjang jika ku tuliskan semuanya. Hhehehe. Ceritanya dimulai dari pagi hari. Sekitar pukul 10.00 waktu Indonesia bagian Widoro (widoro itu tempat tinggalku sekarang,, hho) aku mendapat sms aksi dan lobi (mmm,, mungkin bisa dikatakan bukan lobi juga ding,, soalnya sekeras apapun aku menolak itu tetaplah telah menjadi keputusan final) di mana aku harus menduduki jabatan sedikit lebih keren daripada staff. Tetapi itu tidaklah penting untukku. Karena yang ku pahami dalam organisasi bukanlah sebuah tempat untuk ajang unjuk gigi dan pamer kekuasaan. Yang terpikir di otakku hanyalah aku mendapat amanah yang cukup menohok jantungku pagi tadi. Sesuatu yang sudah menakutkan saat ku bayangkan dulu. But it’s okay. Kalau diumpamakan kaki kananku sudah masuk ke dalam perahu, tinggallah kaki kiriku yang harus mengikutinya.
                Lalu hal kedua yang cukup mengejutkan. Sebetulnya harusnya ini kali kedua aku ikut aksi. Emang dasarnya aku ini mahasiswa yang cukup katrok dan ndeso (soalnya kemarin-kemarin ga pernah mau ikut aksi gara-gara alasan politik :p) yang mengkambing hitamkan persoalan akademis buat ga mau tau urusan “gitu-gituan” hhehe. Jangan ditiru ya J. Akhirnya ku bulatkan tekad untuk ikut aksi bersama Bitoh. Perlu diketahui oleh kawan-kawan, dia ini kader yang cukup aktiv dan dengan sukarela menawarkan diri untuk terjun di lapangan ketika ada aksi (jozz buat bitoh hhaha). Namun, sayang disayang aksinya gagal karena kami kekurangan massa. Hempt. Lalu kami pun perlahan mundur teratur  L   . setelah itu pun kami menyantap mie ayam jamur. Dan jujur saja ini pertama kalinya aku memakan menu ini. Tapi rasanya enak dan cukup untuk mengganjal perut.
                Setelah itu aku rapat HMPS. Tak ada yang terlalu spesial dalam rapat ini. Hanya saja aku cukup senang karena aku kini mulai memahami karakter kawan-kawan dan ranah kerja seperti apa yang mungkin tebangun. Nah setelah serius berkutat dengan yang namanya organisasi aku pun melanjutkan perjalanan hari ini dengan mengamini agenda kelas yang sudah disusun kawan-kawanku. Jalan-jalan. Yup, jalan-jalan kali ini cukup spesial karena kami melakukannya malam hari. dan ini adalah pertama kalinya aku pergi jalan-jalan pada malam hari. hemmm,, cukup mengasyikkan dan sangat mmmmm,, sulit buat mengekspresikannya dalam satu kata hehhe.
                Kepergian aku dan teman sekelas (meski tidak semuanya) ditambah gondes pinot dan wenny, diawali dengan rasa lapar yang terangat sangat. Akhirnya kami memutuskan untuk makan terlebih dulu. Awalnya kami tidak mau untuk makan di alun-alun selatan karena faktor mahalnya jajanan di sana. Akan tetapi kami begitu bingung mesti makan di mana toh pada akhirnya kami tetap saja makan di sana. Ckckckcck bisa dikatakan kami tidaklah konsisten hhahaha. Tak apalah. Sesekali  nguras kocek cukup dalam karena ini akhir bulan. Maklum kami mahasiswa yang punya banyak kebutuhan. Wkwkwkwk. Harga di sana bisa dua kali lipatnya bo. Hempt.
                Setelah kami puas mengisi perut kami, kami memenuhi hasrat kenarsisan kami di depan kamera. Berfoto dengan anak-anak kecil pemilik warung kaki lima di sana. Aku ingat satu anak dengan postur kecil imut dengan kepalanya yang botak. Ridho namanya. Anak yang aktiv bergerak. Suka berlarian dan selalu punya aktivitas. Haah benar-benar kepolosan anak yang begitu tulus. Hihihi. Lalu kami hunting foto di dekat pohon beringin. Foto-foto narsis yang tak ada duanya (tentu saja versi kami :p).
                Puas dengan foto, kemudian langkah kaki kami terhenti untuk melakukan keisengan jalan lurus di antara pohon beringin. Mungkin bagi sebagian orang beranggapan harusnya kami tidak melakukan hal tersebut karena kami yang dianggap “jilbaber” (sebutan bagi orang-orang yang berkerudung lebar) tak sepantasnya melakukan hal tersebut karena itu bisa menjadi pandangan negatif bagi orang-orang yang melihat kami melakukan hal tersebut. Seolah kami memberikan teladan yang buruk. Yah, maaf saja mungkin kami khilaf. Sebenarnya kami tidaklah bermaksud demikian. Kami hanya ingin membuktikan perkataan salah satu kawan kami yang mengaku bisa berjalan tepat di antara kedua beringin tersebut yang pada intinya menurut ku adalah pentingnya konsentrasi dan kesungguhan untuk melewati segala hambatan. Jika berbicara tentang syariat, saya bukanlah ahlinya. Satu hal yang saya pahami setiap orang diperintahkan oleh Allah untuk berdakwah. Bukan hanya para jilbaber ataupun para congklangers (istilah saya sendiri untuk menyebut para ikhwan yang suka pakai celana congklang) yang mesti berdakwah tetapi semua umat islam. Tetapi ada satu hal yang penting adalah berKHUSNUDZANlah. Maka hidup ini akan terasa lebih indah. Waspadalah. Waspadalah. Hehehehe J
Kenangan bulan Mei
Baru di publish setelah sekian minggu


Sabtu, 21 Januari 2012

Langkah kecilku yang bernilai

Otakku senantiasa bergerak dan berusaha memaknai tiap bait kehidupan, tiap kalimat orang berbicara, tiap harapan kami, tiap tujuan kami, dan setiap alasan yang selalu tertutur dari mulutku sendiri. Terkadang secara sadar maupun tidak diriku senantiasa memiliki mimpi. Tetapi secara sadar maupun tidak aku pula yang melunturkan atau bahkan mengikis habis mimpi ku sendiri. Ironis memang. Itulah sebabnya, ditulisanku terdahulu ku katakan salah satu hobiku adalah menertawai diri sendiri. Aku tahu perbuatanku ini memang salah.. tetapi nafsu masih membelenggu diriku. Dari sini aku mengakui bahwa sisi gelap ku bisa mengalahkan sisi terangku. Dan pernyataan yang sering terngiang, "Kalau kau mau jadi juara, kalahkan dulu dirimu sendiri. Jangan mengira orang lain adalah musuh besarmu tapi jadikan orang lain sebagai tolak ukur agar dirimu terbangun."

Training dan seminar pun pernah ku ikuti tentang manajemen hati,kecerdasan emosi, tetapi ilmu ini tidak bertahan lama. Hanya tiga hari. Kemudian ilmu tersebut entah menguap ke mana. Menguap ke mana pun yang ia suka tentunya. Selanjutnya aku hanya bisa merenung dan menyadari bahwa seberapa sering dirimu mengikuti training jika itu tidak memunculkan sebuah kesadaran maka itu bernilai nol untuk pengaplikasian dalam keseharianmu.

Aplikasi itu yang ku butuhkan. Penyadaran sudah ku lakukan. Kini aku mulai bergerak dan AKSI yang mesti KULAKUKAN!! Menyerang, menyerbu, dan menghujam sisi gelap ku untuk temui cahaya terang yang telah diciptakan untukku.

Dengan bermodalkan kaki kecil ku, sedikit kapasitas keilmuanku, terbatasnya pemahamanku, tak akan menyurutkan langkahku. karena aku memiliki mimpi yang besar, modal tekad besarku akan ku jadikan pemicu gerak kaki kecilku, kapasitas keilmuanku, dan luasnya pemahamanku. Maka mulai detik ini AKU ACTION!!

Yogyakarta,
Aku yang masih terus bermimpi besar
di sebuah box "bersama"
22 Januari 2011